Testimoni Gerald

"Meditasi Apaan Sihh..?! Eh Ternyata.."

Halo, perkenalkan saya Gerald, seorang content creator yang lahir dan besar di Jakarta, meskipun sering pindah-pindah tempat. Karier saya dimulai dari membuat konten di YouTube pada tahun 2015 dan seiring berjalannya waktu, saya merambah ke berbagai platform media sosial. Saya adalah seseorang yang skeptis dan kritis, termasuk saat pertama kali mendengar tentang meditasi, yang bagi saya kala itu tidak masuk akal.

Namun, setelah mengalami masalah kesehatan akibat acid reflux pada tahun 2018 yang memaksa saya untuk mencoba meditasi menggunakan aplikasi Headspace, pandangan saya mulai berubah. Meditasi telah membantu saya dalam mengatasi berbagai tantangan, termasuk mengenali dan menerima ‘Gerald kecil’, versi diri saya yang pernah mengalami bullying saat SD karena kondisi ekonomi. Saya juga menyadari bahwa masa lalu saya telah mempengaruhi cara saya bekerja dan berinteraksi dengan orang lain hingga saat ini.

Di tengah pandemi pada tahun 2020-2021, saya menghadapi cobaan berat lagi. Ayah saya meninggal akibat COVID-19 dan saya sendiri juga terinfeksi virus tersebut bersama ibu saya. Sementara itu, teman baik saya, yang merupakan satu-satunya teman dari ras dan agama yang berbeda di sekolah saya, juga meninggal. Kehilangan-kehilangan ini membawa dampak mendalam bagi saya, terutama dalam hal kesehatan mental, menciptakan tantangan dalam bekerja dan berinteraksi sehari-hari.

Saya sempat mengalami panik serius saat penerbangan dari Jakarta ke Lombok, yang menyebabkan saya mencari bantuan profesional dan diberitahu bahwa saya mengidap OCD, terkait obsesi saya terhadap pekerjaan. Proses pengobatan dan meditasi membantu saya menghadapi trauma dan belajar menerima dan mencintai diri saya. Menariknya, saya menyadari bahwa beberapa masalah kesehatan mental saya berasal dari pengalaman masa kecil yang saya lupakan, seperti ketakutan yang muncul kembali terkait kejadian terjebak di lift saat masih kecil di bandara. Panik itu muncul berkali-kali. Saat saya melihatnya, saat bertemu dengan pesawat tersebut, saya tak bisa tidur. Hanya mampu terlelap sesaat karena pikiran saya melayang. 

Namun setelah mempelajari makna cinta kasih dan bertemu dengan Gerald yang dulu, saya kira dia akan marah karena sudah lama saya tak berjumpa dengannya. Saya sangat bersyukur kepada Gerald yang selama ini saya abaikan karena ego saya, karena saya ingin menekankan bahwa saya bisa menjadi terkenal, saya bisa menjadi kaya. Namun, itu tidaklah penting; yang lebih penting adalah dia sungguh baik sekali. Saya benar-benar tidak menyangka, ternyata dia tidak memendam kebencian, dia menunggu di sana, duduk, dengan perangkap kecilnya, tersenyum, seakan berkata, “Sudah selesai ya, ayo sini kita jalan bersama. Kita mulai lagi dari awal. Kita tidak perlu bekerja lebih keras; kita bisa bekerja lebih pintar, kita bisa bekerja dengan lebih tenang.” Seperti Gerald yang selalu diabaikan, yang selama ini tidak pernah disayangi, selama ini aku meninggalkan Gerald di sana, selama ini aku hanya merasa seperti, “Ya sudah, tinggal di sana.” 

Ternyata, ada banyak latihan kecil yang ingin saya sayangi, yang ingin saya berikan untuknya. Dan mulai sekarang, saya berjanji untuk tidak meninggalkan Gerald lagi. Saya tidak ingin marah-marah padanya lagi, saya ingin menyayanginya dan dari beban berat ini, saya sangat senang bisa melihatnya lagi untuk pertama kalinya. Dan mungkin ceritanya juga bisa menjadi inspirasi untuk teman-teman untuk menemukan Gerald versi teman-teman masing-masing dan untuk disayangi. Silakan, sayangi diri kalian. Terima kasih, teman-teman.

Gerald

Tapa Brata 1

Program & Kelas

Jadwal Kegiatan

Program & Kelas

Program Meditasi