Testimoni Maudy Koesnaedi

Cerita Maudy Koesnaedi di Tapa Brata

Saya ikut Meditasi Kesehatan Bali Usada kalau tidak salah sekitar tahun 1999. Waktu itu saya jadi bintang tamu di sebuah acara radio. Pak Merta saat itu ditelepon sebagai narasumber.

Pak Merta berbicara mengenai stres tinggal di kota metropolitan, pentingnya meditasi kesehatan, bahwa kita sebagai manusia perlu penyeimbang melalui meditasi dan sebagainya. Saya waktu itu banyak bertanya ke Pak Merta karena waktu itu masih cukup muda belia.

Kebetulan kakak saya yang memang juga senang latihan meditasi dan punya bakat untuk belajar tentang reiki dan ilmu-ilmu untuk menyembuhkan orang mengajak saya, “dek ikut yuk dek Tapa Brata di Tapos”. Kalau tidak salah di daerah Ciawi. Ikutlah di sana tanpa saya tahu apa-apa. Saat ikut, tiba-tiba tidak boleh berbicara, tidak boleh membaca. Akhirnya saya jalani saja. Ini seperti liburan buat saya waktu itu. Dan akhirnya saya baru tahu bahwa ternyata Pak Merta adalah orang yang ngobrol di radio waktu itu.

Karena tidak punya trauma apa-apa mungkin karena masih muda, tidak ada penyakit apa-apa, saya hanya menjalani saja latihan meditasinya. Setelah meditasi perasaan senang muncul. Setelah itu saya merasa memang perlu terus melakukan meditasi kesehatan intensif Tapa Brata. Karena kadang-kadang latihan di rumah tidak seintens kalau kita ikut Tapa Brata. Pak Merta waktu itu pernah bilang bahwa memang sulit sekali untuk orang yang ikut bermeditasi seperti kita ini tapi dalam kehidupan sehari-harinya di beda dunia. Dunia saya bertemu banyak orang, harus tampil di depan orang, banyak distraksi duniawi, di dunia entertainment.

Waktu itu saya masuk memerankan Zaenab tahun 1994. Berarti sekarang ini sudah 27 tahun saya berperan sebagai Zaenab dari sinetron di TV, FTV, sampai tahun 2017 kita bikin film Si Doel 1,
Si Doel 2 sampai Akhir Kisah Cinta Si Doel. Karena sering diputar, ditayangkan di TV, orang-orang seperti melihat cerita itu hidup. Tokoh-tokoh yang ada di cerita itu dekat sekali sama kehidupan mereka mungkin karena ceritanya seperti kehidupan biasa.

Jadi ada beberapa penonton, terutama di film Akhir Kisah Cinta Si Doel ini yang tidak bisa membedakan yang mana Maudy dan Zaenab. Waktu saya mulai masuk jadi Zaenab belum ada social media, belum ada Instagram, belum ada Twitter, orang-orang juga masih bicara dengan sopan, program-program infotainment seperti gosip belum begitu banyak. Sekarang ini semua mudah sekali dibahas, dikeluarkan, dan diekspresikan.

Ada moment saya merasa, saya latihan meditasi sudah lama, saya mengerti harus berbuat baik, saya berusaha jadi orang baik, saya berusaha menjadi anak baik, saya berusaha menjadi istri yang baik, saya berusaha jadi teman kerja yang baik, saya berusaha melindungi diri saya dari dunia entertainment, dari hal-hal buruk yang mungkin pernah didengar. Tapi mungkin karena saya manusia biasa, mungkin ada hal-hal yang lepas, kurang, atau ada cobaan-cobaan. Tapi saya merasa, saya tidak pernah menyakiti orang-orang yang marah-marah sama saya. Saya tidak kenal mereka. Ada orang yang direct message ke Instagram saya mencaci maki dengan sangat kasar. Saat saya buka Instagramnya, ibu-ibu sedang hamil yang terlihat dari difoto-fotonya. Tapi di direct message kalimat yang ditujukan ke saya sangat kasar.

Saya tidak marah, saya berpikir bagaimana anaknya nanti. Maksudnya ini hanya film dan bukan hal yang nyata, tapi dia bisa mengeluarkan kata-kata yang kasar saat sedang hamil. Dan itu tidak hanya sekali, bertubi-tubi. Berarti dia berkali-kali benci sama si Zaenab. Dan itu tidak cuma satu orang, ada lagi yang lain. Berkata-kata kasar juga.

Karena saya merasa dan memahami bahwa apapun yang kita lakukan kasar, jelek, dan negatif nanti akan berdampak pada kehidupan kita. Karena ketika saya juga waktu itu melakukan Tapa Brata, lama menikah dan setelah ikut Tapa Brata sama Pak Merta memori saya muncul kenapa saya lama tidak punya anak. Karena ketika saya berumur sekitar 7 atau 8 tahun, saya mendapat bola kasti yang dipukul sangat keras dan mengenai indung telur sebelah kanan. Setelah TB saya sembuh dan hamil. Jadi saya merasakan senang punya anak dan saya rawat dengan sepenuh hati. Dari hamil saya kasih cerita, saya bacakan Al Quran, pokoknya hal-hal yang baik supaya anaknya baik.

Saya mengerti bahwa itu adalah resiko pemeranan. Saya sangat sayang dengan tokoh Zaenab ini. Saya masuk ke dunia entertainment lewat si Zaenab ini. Saya mendapat banyak pengalaman, saya banyak dapat kesempatan bagus melalui si Zaenab ini. Tapi Maudy itu bukan Zaenab.

Satu, resiko pemeranan dari hal yang nyata seperti ini tidak enak. Kedua, tokoh Zaenab itu sering menangis, pembawaannya selalu sedih. Jadi Pak Merta dari dulu sempat bilang, ”Maudy hati-hati kalau misalnya karakter kayak gini nanti kamu terlalu kebawa, emosinya sedih terus. Apa-apa sedih terus. Karakternya seperti itu”. Di beberapa tokoh yang lain, saya juga bagian objek yang bertugas untuk menangis.

Banyak hal-hal yang mengganggu. Jadi saya merasa perlu sekali mengikuti latihan meditasi kesehatan intensif Tapa Brata, karena buat saya Tapa Brata itu adalah jalan keluar dari segalanya, charge-nya energi saya. Banyak hal-hal yang sangat membantu saya dengan melakukan TB ini. Kalau tidak salah saya sudah ikut 7 atau 8 kali.

Jadi saya merasa sangat bersyukur bahwa kali ini saya masih bisa ikut TB dan saya dapat pencerahan lain untuk melatih kesabaran, menerima apa adanya, dan saya merasa bersyukur sekali diantara kita ini banyak peserta yang sudah ikut latihan meditasi sebelumnya. Jadi saya banyak dapat bantuan, ada Mbak Shanti, ada Christian, ada Jessica. Semoga apa yang saya sampaikan bisa memberikan semangat, inspirasi, atau apa pun untuk kita semua bahwa ini memang bermanfaat, bahwa ini benar adanya dan memang tergantung bagaimana cara kita menerima dan melihat dalam kehidupan kita sehari-hari. Terima kasih sudah menjadi Sahabat Meditasi kita kali ini. Semoga semua hidup berbahagia.

Program & Kelas

Jadwal Kegiatan

Program & Kelas

Program Meditasi