Testimoni Fenita

Mengikuti Meditasi Tepat Pada Waktunya

Nama saya Fenita, berasal dari Jakarta. Saya bekerja sebagai dokter perawatan variatif. Ketika saya datang ke sini, saya merasa bersyukur meski sebenarnya tidak ada niat sama sekali untuk mencari penyembuhan.

Saya merasa senang karena pertemuan ini sebenarnya tidak direncanakan. Awalnya, saya merasa jenuh dan sibuk sekali dengan pekerjaan. Saya mengajar selama seminggu dan masih memiliki sekitar 10 pasien. Saya merasa butuh istirahat.

Kebetulan, guru les musik saya tiba-tiba menanyakan apakah saya pernah mendengar tentang Bali Usada. Saya tidak tahu apa itu, jadi saya mencari tahu dan ternyata itu adalah program selama 7 hari dan 6 malam. Saya langsung mendaftar. Saya membayangkan diri saya akan berada di Bali selama 7 hari, berada di bawah sepoi-sepoi angin, membaca novel sambil menggunakan earphone dan menikmati minuman dingin.

Setelah saya menyelesaikan pembayaran, saya baru sadar tentang aturannya. Ternyata, kita tidak boleh menggunakan handphone, berbicara, melamun, menulis, atau membaca. Saya terkejut, namun saya memilih untuk melihat sisi positifnya. Saya berpikir, ini adalah alasan yang baik untuk tidak dapat dihubungi atau diberi tugas kerja. Saya bisa mematikan handphone saya dan tidak akan dihubungi pada jam 2 pagi. Jadi, saya memilih untuk melihat sisi positifnya.

Ketika saya mendapat jadwal acaranya dan membaca tentang meditasi yang memerlukan duduk sampai 10 jam, saya langsung menelepon penjual korset. Saya membutuhkan korset untuk memberikan dukungan pada punggung saya, karena saya tidak bisa duduk selama 10 jam tanpa merasa sakit. Namun, ketika saya akan berangkat, karena berangkat di waktu subuh dan suasana masih remang-remang, korset tersebut ketinggalan. Awalnya, saya merasa kecewa, namun kemudian saya memilih untuk melihat sisi positifnya. Saya berpikir mungkin saya tidak memerlukan korset tersebut.

Saat saya sampai di tempat meditasi, saya merasa bersyukur karena ternyata semua kejadian berjalan tepat waktu. Saya tidak membutuhkan korset, dan jadwal yang ketat sebenarnya membantu saya untuk lebih berkonsentrasi dalam meditasi. Beberapa hari sebelum saya datang, beberapa pasien di tempat saya bekerja sudah pulang ke rumah. Jadi, semuanya tampak pas dan seperti berjodoh. Saya percaya bahwa semua yang ada di sini memiliki alasan. 

Saya telah belajar banyak selama di sini, dan saya melihat banyak hal yang berhubungan dengan dunia medis yang saya pelajari sehari-hari. Selama delapan tahun terakhir, saya setiap hari berhadapan dengan pasien yang berada di akhir kehidupan mereka. Saya ingin berbagi tentang apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh dan pikiran seseorang saat mereka akan meninggal. Ini bisa menjadi bekal bagi kita untuk lebih siap menghadapi apapun yang terjadi. Selain itu, saya rasa penting untuk menerima dan tidak menghakimi diri sendiri maupun orang lain saat terkena penyakit. Saya melihat bahwa pasien yang bisa menerima dan ikhlas dengan penyakitnya, gejalanya menjadi lebih ringan.

Saya sangat terkesan dengan semua hal ini dan merasa bersyukur bisa belajar dari ini. Harapan saya adalah menjadi dokter yang lebih baik dan mampu membantu pasien-pasien saya. Saya juga berharap bahwa suatu saat Indonesia bisa memiliki rumah sakit di mana orang-orang yang penyakitnya sulit disembuhkan bisa hidup dengan bermartabat, tanpa rasa nyeri.

Saya percaya bahwa kita hanya bisa meninggalkan dunia ini jika kita sudah berdamai dengan diri sendiri, orang lain, dan dunia. Saya bersyukur sekali kita semua di sini sudah dibersihkan dari energi buruk, dan saya berharap dan percaya bahwa kedepannya, kita semua akan menjalani hidup dengan lebih baik. Saya percaya bahwa saat kita meninggalkan dunia ini pun, kita akan lebih baik. Terima kasih.

 

Venita

Tapa Brata 1

Program & Kelas

Jadwal Kegiatan

Program & Kelas

Program Meditasi