Testimoni Regina

Bagaimana Meditasi Membantu Saya Memahami Emosi dan Meringankan Beban Masa Lalu

Nama saya Regina, berasal dari Jakarta. Saya baru berusia 31 tahun beberapa hari yang lalu.

Saya datang ke sini dengan pikiran awam, tanpa banyak tahu tentang Bali Usada atau meditasi. Sebelumnya, saya hanya mengenal meditasi dalam konteks praktik religius. Saya tidak tahu bahwa ada yang namanya meditasi kesehatan.

Saya mulai tertarik pada meditasi sejak lulus kuliah, saat stres dan overthinking akibat magang dan pekerjaan. Saat itu, seorang senior menyarankan saya mencoba aplikasi meditasi Headspace. Namun, saya tidak bisa sabar mengikuti instruksinya. Baru dua menit mencoba terasa sangat lama. Saya sempat berpikir bahwa meditasi bukan untuk saya. Setelah itu, saya tidak melanjutkannya karena saya tidak memahami manfaatnya.

Ketika mengikuti Tapa Brata ini, hari pertama diisi dengan penjelasan motivasi untuk bermeditasi. Meskipun awalnya saya tidak mengerti, saya mencoba mengikuti instruksi. Di hari kedua, setelah mendengar ceramah tentang manfaat kesehatan meditasi, saya mulai serius. Perlahan, saya mulai memahami esensi meditasi—bukan hanya mengikuti napas, tetapi juga membawa pikiran kembali ke napas setiap kali melamun. Pada saat itu saya perlahan-lahan tidak melamun.

Saya hampir tidak jadi datang ke acara ini karena beberapa hari sebelumnya saya menjalani operasi cito akibat kehamilan ektopik. Operasi itu cukup berat dan saya masih dalam masa pemulihan ketika tiba di sini. Selain itu, anjing kesayangan kami yang berusia 12 tahun meninggal sehari setelah operasi saya. Semua itu membuat saya ragu untuk berangkat, tetapi mama saya meyakinkan bahwa meditasi mungkin akan membantu menenangkan pikiran saya. Akhirnya saya tetap berangkat. 

Awalnya, saya masih kesulitan berjalan naik turun tangga karena kondisi pasca operasi, maka dari itu saya sering menggunakan lift. Namun, melihat Ibu Reni, salah satu peserta Tapa Brata yang lebih tua dari saya tetapi bersemangat menggunakan tangga, saya termotivasi. Di hari ketiga, saya sudah bisa naik turun tangga dan mulai duduk di lantai untuk bermeditasi yang mana sebelumnya saya bermeditasi duduk di kursi. Saat itu, saya mulai merasakan perubahan—baik secara fisik maupun mental. Meskipun rasa sakit masih ada, namun sudah jauh berkurang. Saya mulai bisa fokus dan lebih menerima apa yang terjadi pada diri saya.

Hari-hari berikutnya, saya merasa pengalaman meditasi ini membantu saya memahami emosi dan memori buruk yang harus dilepaskan. Saya juga mulai merasakan manfaat meditasi untuk tubuh dan pikiran saya. Sebelumnya, saya sulit tidur dan pikiran saya sering kalut, tetapi di sini, saya mulai bisa tidur lebih tenang. Pengalaman ini membuat saya percaya bahwa meditasi kesehatan sangat bermanfaat.

Saya bersyukur atas pengalaman ini, yang awalnya saya anggap sebagai serangkaian nasib buruk, ternyata sekarang menjadi nasib baik. Semuanya adalah rencana Tuhan untuk membawa saya ke tempat ini. Saya sangat bersyukur ada di sini. Kini, saya merasa lebih baik secara mental dan fisik dibandingkan enam bulan lalu. Saya juga berencana merekomendasikan meditasi ini kepada teman-teman saya agar mereka bisa merasakan manfaatnya. Terima kasih.

Program & Kelas

Jadwal Kegiatan

Program & Kelas

Program Meditasi