Testimoni Patricia Pujiwati
Saya Ibu Patricia Pujiwati. Saya punya anak 3, cucu 3. Umur saya 63 tahun. Perkawinan kami berjalan 40 tahun. Jadi 20 tahun perkawinan kami baik-baik saja. Tidak ada masalah. Harmonis. Kemudian memasuki tahun ke-21, hantaman itu mulai datang.

Waktu itu saya masih ‘bodo’ istilahnya. Panik, bingung. Tapi itu ada, memang ada. Itu terus berjalan. Saya mengatasinya dengan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, spiritual. Saya terus berdoa. Tapi hantaman itu lebih parah lagi. Waktu itu anak-anak saya masih kecil. Sampai akhirnya di tahun 2015, itu paling parah, paling buruk. Dalam perjalanan sampai tahun 2015, saya tetap menjalankan tugas sebagai seorang istri, sebagai seorang ibu. Dalam perjalanan itu sangat berat buat saya. Banyak sekali yang Pak Merta ajarkan sebetulnya sudah saya lakukan. Tapi apa yang saya dapat, karena kebetulan bapak dan ibu saya ada diabetes, saya kena diabetes. Sudah 10 tahun lebih saya menderita diabetes. 

Anak saya yang pertama itu kebetulan dokter. Jadi dia terus mengontrol keadaan saya. Saya akhirnya diputuskan untuk suntik. Tapi gula darah tidak pernah turun. Saya berusaha untuk diet gula, tapi tidak pernah turun. Saya bingung, bingung sekali. Sesaat mungkin saya bisa kuat, tapi saya belum merasakan ketuntasan disitu. Sampai akhirnya datang lah pandemi. Waktu itu saya masih dalam posisi recovery. Waduh, anak saya dokter. Dia berkecimpung di rumah sakit, banyak Covid. Sebagai seorang ibu pasti saya ada kekhawatiran di situasi seperti itu. Saya bingung. Seperti Pak Merta bilang, saya tampil di depan itu hanya 5%. Di dalam 95% ini liar. Kesakitan, kekhawatiran, ketakutan, kemarahan, kebencian. Saya berusaha baik. Tapi ketika satu kondisi yang mengangkat memori buruk, itu pasti meledak. 

Akhirnya saya ikut meditasi intensif Tapa Brata ini. Pas hari ke-4, tiba-tiba, ada suatu ketakutan, peristiwa tahun 2000-an itu keluar semuanya. Lalu Pak Merta mengarahkan ke saya. Saya bersyukur sekali. Ketika yang saya hadapi sekarang. Ketika memori buruk itu tumbuh. Kemarin ini malah saat meditasi ada satu peristiwa yang membuat saya bingung. Tapi karena saya sudah belajar ini, langsung mindfulness-nya saya naikan, kesadaran. Saya menyadari semuanya ini tidak kekal. Lalu saya mengucapkan ‘semoga semua hidup berbahagia’. Saya bisa mengendalikannya, tidak ada marah. Dan ketika saya meditasi dan mencari kesakitannya, itu tidak keluar. 

Dan satu lagi, saya penasaran apakah benar meditasi kesehatan ini bisa menyembuhkan sakit. Hari ke-6, saya cek gula darah. Saya ingin membuktikannya secara medis. Setiap saya kontrol, gula darah saya tidak pernah turun dari 250. Hari ke-6 kemarin saya cek gula darah saya hanya 150 dan saya damai. Di sini ending-nya. Ternyata meditasi kesehatan ini, Tapa Brata ini benar menyembuhkan perjalanan buruk saya selama ini dan saya yakin ke depan nanti saya rajin meditasi, saya mengakses mindfulness dan saya melakukan meditasi cinta kasih. Dan itu yang diajarkan Pak Merta, kita harus mengasihi musuh kita, kita harus mengampuni orang lain yang sudah melukai kita. Karena itu akan menjadi kebahagiaan dan kedamaian dalam hidup saya. Terima kasih.

Patricia Pujiwati – Sahabat Meditasi dari Kelas Meditasi Intensif Tapa Brata 1 Live Online

Program & Kelas

Jadwal Kegiatan

Program & Kelas

Program Meditasi