Orang yang sehat, tentu mampu mengangkat beban. Namun seberapa berat? Kembali tergantung pada seberapa besar kekuatannya. Demikian juga dengan meditasi. Memiliki pikiran yang sehat tentu sebuah anugerah. Kita bisa berpikir, belajar, bekerja dengan baik.
Tetapi banyak orang yang berpikiran sehat, tiba-tiba mudah stress ketika diterpa kesedihan (atau sebaliknya mudah menjadi sombong ketika mendapatkan keberuntungan). Kenapa? Karena pikirannya tidak kuat. Tidak kuat apa? Tidak kuat mengendalikan impuls-impuls emosi yang liar, karena tidak terbiasa melatih diri.
Padahal, kita bukan Milea yang memiliki pasangan seperti Dilan yang dengan senang hati mengambil beban Milea, “Rindu itu berat, biar aku saja.” katanya. Sayangnya, omongan Dilan itu pun tidak bisa dipraktekkan. Kerinduan Milea tidak bisa ditransfer ke hati Dilan. Milea tetap harus mengalaminya sendiri. Semampu dia. Sejatinya hidup ini memang harus kita hadapi sendiri.
Sebagai ibu, aku juga sadar bahwa aku tidak bisa menggantikan anakku ketika dia patah hati. Atau kecewa. Atau stress menghadapi hidup, kelak. Maka aku melatihnya! Agar dia menjadi individu yang kuat. Dia sehat, dalam artian tidak memiliki masalah psikologis, itu bagus. Tapi aku ingin dia juga kuat secara mental.
Sepanjang hidupku, aku menyaksikan bahwa di hadapan orang yang kuat, hidup ini mudah. Hujan dinikmati dengan kalem. Badai pun tidak dianggap sebagai masalah. Bagi orang yang lemah, usulan orang lain bisa dirasakan sebagai serangan pribadi; mereka luput melihat itu sebagai kritikan membangun yang justru bermanfaat bagi mereka.
Bagi orang yang lemah, masalah kecil terasa besar (perasaan ini, tidak salah. Valid kok, karena nyatanya mereka memang merasa ini berat). Tapi rasa itu akan berubah menjadi semakin ringan ketika kekuatan mereka bertambah. Karena pikiran kita kuat (alias: tidak rentan menghadapi masalah), maka tubuh kita pun sehat; tidak mengalami gempuran penyakit psikosomatis.
Jadi, jangan heran kalau kita melihat ada orang yang pingsan ketika berjalan di bawah terik matahari, dengan suhu udara 30 derajat celcius, sementara orang yang lain santai saja. Sikonnya sama. Suasananya sama. Tapi diterima dengan kekuatan berbeda, hasilnya juga beda. Sama lah dengan menjalani kehidupan. Cobaannya bisa sama-sama berat, tapi lebaynya beda.
Nana Padmo – Sahabat Meditasi Bali Usada