Karena dari hasil 6 hari ini ada 2 manfaat besar yang saya rasakan. Saya sebenarnya sudah mengikuti meditasi kesehatan Bali Usada dari 20 tahun yang lalu. Namun untuk full intensif ini baru dapat kesempatan sekarang. Karena memang waktunya mungkin sudah tepat. Saat saya di akhir tahun dan awal tahun ini mengalami goncangan emosi yang cukup banyak dan cukup besar. Lalu dua manfaat healing selama 6 hari terakhir ini ada 2, yang pertama ke badan. Yang satu lagi ke gangguan psikosomatis saya selama dua bulan terakhir. Saya merasakan manfaat healing-nya itu waktu berolahraga. Terutama setiap kali saya habis meditasi pagi itu adalah saat tersegar saya setelah 6 hari sesi ini. Dan kondisi fisik saya sebenarnya setahun terakhir ini saya didiagnosa meniskus, bantalan lutut saya yang sebelah kanan robek. Jadi harus dioperasi. Tapi karena Covid, ditunda dulu operasinya.
Selama setahun terakhir saya sama sekali tidak bisa menekuk, bersimpuh, dan jongkok. Makanya saya minta izin kemarin meditasinya tidak bisa bersila di lantai. Tapi duduk di kursi. Karena sangat sakit. Selama 6 hari ini saya coba berikan cinta kasih kepada lutut saya. Saya biasanya complain, kenapa sih robek lutut ini? Padahal aktivitas-aktivitas saya banyak sekali bertumpu pada kaki ini dan saya juga ngajar yoga. Saya selalu berpikir, guru yoga kok lututnya tidak bisa ditekuk. Jadi mungkin alam bawah sadar saya juga banyak men-judge diri saya sendiri. Dan selama 6 hari terakhir ini, saya memberikan cinta kasih yang berlebih kepada lutut saya. Jadi setiap hari setelah meditasi cinta kasih, saya juga mengungkapkan rasa terima kasih kepada lutut tersebut. Karena selama ini ternyata sudah 51 tahun umur saya menemani dan membantu menampung badan saya. Dengan segala macam beratnya. Dari mulai hamil, kurus, gendut. Dan sampai setahun terakhir ini saya minta maaf karena saya sudah sempat merasa marah sekali sama lutut saya. Di 6 hari terakhir kemarin dengan meditasi cinta kasih dan healing saya berikan rasa cinta tersebut.
Tadi pagi setelah meditasi saya tercengang sekali. Biasanya setelah olahraga Usada, saya keluar jalan pagi atau naik sepeda. Nah tanpa sadar tadi waktu saya naik sepeda, rantainya berbunyi seperti lepas. Lalu di saat itu ada kucing yang jatuh di got. Dari suaranya terdengar seperti meminta pertolongan. Saya refleks lompat dari sepeda, lalu saya lompat ke gotnya. Dan saya jongkok. Buat saya, ini pencapaian terbesar saya dari seorang guru yoga. Karena saya mengajar yoga, healing lewat movement, menari, pertunjukan seni dan gerak. Hanya selama setahun terakhir saya rasanya stuck karena keadaan lutut saya yang cedera ini. Jadi tadi pagi seperti mendapat pencerahan. Jadi saya bersyukur sekali. Ketika saya jongkok tidak sadar. Jadi saya baru sadar setelah menggiring sepeda ke rumah. Euforianya itu setelah sampai rumah. Tapi saya ingat kata Pak Merta juga, kaget, gembira pun juga Anicca. Jadinya, oh saya kembali sadari. Tarik napas, buang napas. Tadi mungkin pelan-pelan diberi proses kesembuhan. Untuk merilis satu per satu. Mudah-mudahan akan lebih baik lagi.
Lalu satu lagi mungkin lebih ke psikosomatis. Ke beban mental saya atas rasa benci dan marah dari suatu peristiwa yang terjadi. Akhir tahun dan awal tahun ini berat sekali buat saya. Berat sekali yang terjadi dalam keluarga saya. Ada satu bisnis juga yang sedang kacau. Dan itu semua seperti bertumpuk. Selain itu keluarga terdekat saya juga satu per satu meninggal. Dari tanggal 1 Januari sampai sekarang setiap hari saya terima berita duka. Jadi dari sisi keluarga saya drop. Orang tua saya yang tadinya biasa saja jadi drop, mentalnya terluka, karena kakaknya, adiknya, semua meninggal. Disatu pihak ada keadaan dalam bisnis di mana akhirnya saya merasa bahwa ada kemarahan dan kekecewaan. Karena deal dalam bisnisnya tidak lancar. Sampai akhirnya saya mengalami kerugian. Setelah saya sesi konsultasi bersama Pak Merta, saya merasa bahwa semua peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita, setelah kita sadari, itu juga merupakan akumulasi dari ‘tabungan’ buah karma yang memang harus saya lepaskan.
Jadi, memang peristiwa itu sudah harus terjadi dan saya akhirnya melakukan proses healing. Untuk menerima dan berdamai dengan rasa benci dan marah tersebut. Untuk orangnya, saya bilang sama Pak Merta waktu sesi konsultasi, saya sudah relakan, saya sudah maafkan. Tapi maafnya bawah sadar atau setengah sadar itu saya tidak tahu. Jadi selama 6 hari saya berusaha dengan sadar berdialog dulu. Berdialog dari dalam diri dan menyadari perasaan benci dan marah di badan. Serta berterima kasih dan sadar bahwa semua yang dikondisikan itu tidak kekal, Anicca. Dan saya juga mohon petunjuk untuk diberi kemudahan, kebahagiaan, dan kesejahteraan. Lewat peristiwa-peristiwa yang memang akan ditunjukkan oleh semesta.
Jadi intinya, kejadian ini membukakan mata saya bahwa, semua kehilangan yang terjadi dalam hidup saya ternyata membuat saya menemukan sesuatu yang paling penting yaitu inti sari dari kehidupan. Seperti yang Pak Merta katakan bahwa, yang pertama supaya kita harmonis kendalinya ada di kita, kendalinya ada di pikiran kita. Lalu untuk harmonis, hidup lah dengan Anicca. Hadapi dengan lembut dan cinta kasih, ambil aksi dengan berbuat baik. Lalu lepaskan, non attachment. Itu akan menjadi dasar hidup saya ke depannya. Terima kasih Bali Usada, Pak Merta, dan teman-teman Sahabat Meditasi untuk menemani proses kesembuhan saya. Semoga semua hidup berbahagia.
Lisa Samadikun – Sahabat Meditasi di kelas intensif Tapa Brata Live Online