Testimoni Ibu Juliawaty Widjaja
Saya cerita sedikit perkenalan saya dengan Bali Usada. Saya baru kenal Bali Usada tahun lalu ketika pandemi. Itu lucu perkenalannya. Saya waktu itu memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada teman saya yang kebetulan tinggal di Belanda. Lalu dia bilang begini, “Saya tidak kasih balasan ya, saya kasih ini nih biar pada hidup sehat.”

Lalu dia kasih brosur mengenai Pra-ODL pada waktu itu. Saya bilang, ini orang aneh ya, dikirimin ucapan malah dikasih begituan. Lalu saya penasaran. Sebelumnya saya pernah belajar meditasi dengan cara yang berbeda. Saya penasaran. Saya coba ikut Pra-ODL. Setelah saya ikut, lalu saya tertarik. Loh ini yang saya cari. Meditasinya menyeluruh, bukan cuma fisik, kesehatan, napas, tapi kehidupan dan sebagainya. Dari situ saya mulai rutin. Lalu saya mulai ikut kelas Reguler Usada 1. Setelah Reguler Usada 1 saya makin tertarik, saya mulai rutin ikut latihan live streaming di aplikasi Mixlr. Waktu awal-awal latihan di Mixlr saya ikut pagi dan malam. Lalu ada ketidakpuasan, saya ikut kelas Reguler Usada 2. Tapi Usada 2 belum terlalu lancar. Makanya saya coba ngulang lagi. Belakangan saya agak mulai aktif kerja, malam kecapean. Jadi tidak ikut. Tapi saya usahakan sehari pasti satu kali sesuai dengan apa yang Pak Merta ajarkan ke kita. 

Lalu meditasi intensif Tapa Brata. Saya mau ikut dari bulan Januari 2021 karena saya terkena Covid-19. Tapi saya takut tidak kuat. Jadi baru bisa ikut sekarang ini. Lalu saya cerita terkena Covid-19. Awal saya terkena Covid saya termasuk OTG (orang tanpa gejala). Jadi tidak parah. Walau tidak parah tapi saya khawatir juga. Tekanan darah saya sempat naik 170. Saya bingung. Ini tidak ada gejala apa-apa tapi karena pikiran saya sendiri. Akhirnya saya chat Pak Putu Dana. Karena Instruktur saya di Usada 1 Pak Putu. Ini saya kena Covid, apa yang harus saya lakukan Pak Putu? Kalau di Mixlr dan ODM sering ikut juga, sering dengar katanya harus menyadari pernapasan. Lalu napas saya atur. Saya tarik, saya buang. Pak putu bilang begini, “coba sadari di leher dan jantung.” Pak Putu usulkan, coba konsultasi ke Pak Merta. Saya WhatsApp Pak Merta dengan harapan saya mendapatkan sesuatu. Chat saya dibalas sama Pak Merta. Senangnya bukan main. 

Pak Merta kasih tahu, jangan tarik napas dipaksa, tapi biarkan badan yang bernapas. Karena kalau ingin sembuh, ingin sembuh malah jadi reaksi buruk. Kemarin setelah saya dengar ceramah Pak Merta, saya baru tahu ternyata pikiran saya ke kiri. Padahal seharusnya pikiran saya ke kanan. Saya ikuti anjuran Pak Merta, saya coba rasakan badan, leher, peredaran darah khususnya jantung. Nah itu lumayan. Karena saya menjadi lebih tenang. Akhirnya saya bisa hidup lebih teratur. Selain meditasi obat-obatan saya juga ketat. Tidak hanya meditasi saja. Selain itu juga secara keagamaan juga saya isi hari-hari untuk mengatasi Covid itu. 

Dua minggu setelah saya coba tes lagi, saya masih positif. Saya sempat down lagi. Lalu saya ingat lagi. Kita berusaha hidup harmonis. Segala sesuatu berubah. Itu yang jadi pegangan saya sehari-hari. Segala sesuatu berubah. Itu membuat ketenangan dan 3 minggu kemudian saya dinyatakan sembuh. Saya sembuh total. Post Covid juga saya periksa ke dokter paru-paru saya bersih, semua bersih. Kalau saya belum mengenal meditasi kesehatan, saya tidak tahu harus bagaimana. Tekanan darah saya sempat 170, itu bahaya sekali. Apalagi saya punya darah kental juga. Setelah ikut itu tekanan darah saya turun dan saya dapat mengatasinya dengan baik. Lalu saya masih bermeditasi sampai sekarang. Semoga saya masih terus bermeditasi. Ikut Tapa Brata saya sempat ragu. Karena pikiran saya selalu kemana-mana. Mikir ini belum selesai, mikir itu juga belum selesai. Ini bisa tidak ya saya Tapa Brata. Hari pertama, masih begitu. Tapi kan tidak boleh marah ya. Tenang, dibalikkan lagi ke napas. Hari kedua agak lumayan. Dan sudah bisa konsentrasi napas. Hari ketiga saya makin bisa meningkat lagi. Tapi di hari ketiga itu memori saya segala macam keluar itu, yang baik dan buruk. Ini reaksi buruk saya keluar semua. Tapi saya jalani saja. Setelah itu, dengan mendengar ceramah-ceramah itu saya baru tahu, oh ini lagi berproses. Saya sempat konsultasi ke Pak Putu juga, Pak kenapa saya begini? Oh normal. Katanya begitu. Dijalani saja terus. Sudah saya jalani terus sampai yang terakhir ini. Akhirnya saya bisa selesai juga. Hari keempat saya sempat berpikir, ini saya bisa terus lanjut tidak ya? Saya merasa sudah sakit, duduk sakit. Ternyata itu hal yang biasa. Segala sakit keluar semua. Apakah saya sudah mencapai titik kesembuhan? Kesembuhan total mungkin belum. Masih berproses. Tapi saya percaya dengan proses ini. Pasti suatu saat saya akan lebih baik lagi. Untuk kesehatan saya untuk keluarga saya. Terima kasih. 

Ibu Juliawaty Widjaja – Sahabat Meditasi dari Kelas Meditasi Kesehatan Intensif Tapa Brata Live Online

Program & Kelas

Jadwal Kegiatan

Program & Kelas

Program Meditasi