Sekitar tahun 2004 atau 2006, saya mengenal Meditasi Kesehatan Bali Usada dan diajak oleh teman saya untuk ikut. Dia tahu saya tidak bisa diam dan sangat emosian. Saat itu saya kaget diajak latihan meditasi, saya kan senang jalan-jalan. Akhirnya saya coba ikut kelas Reguler Usada 1 di Cisanggiri, 8x pertemuan. Di luar dugaan, ternyata saya senang mengikutinya. Saya tidak pernah bolos 8x pertemuan. Saat itu yang mengajar adalah almarhumah Ibu Komar. Setelah selesai kelas Reguler Usada 1, saya sering ikut kelas One Day Mindfulness and Wisdom Meditation untuk refresh latihan sehari-hari.
Cerita saya kena Covid-19, pada tanggal 25 September 2020, hasil swab saya dinyatakan positif. Kenapa saya harus di tes swab? Karena teman saya di kantor ada yang positif. Aturan di kantor apabila ada teman yang kena Covid-19, semua harus di test swab, khususnya yang sempat ada kontak. Rasanya deg-degan sekali. Saya terus berpikir apa benar harus di-swab? Bagaimana ya hasilnya? Saat itu saya mencoba untuk menunda. Lalu saya pikir-pikir lagi kalau saya menunda, teman saya yang lain juga akan kesusahan, termasuk keluarga saya. Saat di-swab rasanya sangat tidak nyaman. Malamnya saya gelisah memikirkan hasilnya. Dua hari kemudian hasil keluar dan saya dinyatakan positif. Rasanya seperti dihantam halilintar. Kenapa saya bisa positif? Padahal tidak ada gejala demam, flu, anosmia, kehilangan nafsu makan, atau badan lemas. Saya masih tidak percaya kalau saya positif. Saya bisa dikategorikan OTG (orang tanpa gejala).
Selanjutnya saya diisolasi selama 14 hari. Memang kondisi saya jadi menurun, karena saya takut, khawatir, dan gelisah. Banyak yang bilang bahwa 7 hari pertama mungkin akan baik-baik saja. Namun 7 hari berikutnya keadaan bisa menjadi parah. Saya jadi semakin khawatir. Setelah saya sadari, unconscious mind saya lebih banyak merusak imun tubuh. Kalau saya lihat Covid-19 bukan sekadar virus, tapi sangat merusak perasaan dan pikiran. Saya merasa sangat tidak nyaman. Apalagi pada saat saya isolasi di Wisma Atlet, saya sendirian, tidak ada keluarga. Hanya ada suster dan dokter yang menemani.
Ada salah satu teman yang bertanya kenapa saya memilih latihan meditasi kesehatan untuk membantu proses penyembuhan? Apapun saya lakukan untuk proses penyembuhan, berdoa, meditasi, minum obat dokter, dan teknik-teknik yang saya cari YouTube. Kebetulan saya sudah lama tidak bertemu Mbak Ade Wuryaningsih, salah satu fasilitator Bali Usada. Saat kena Covid-19, saya berpikir untuk menghubungi Mbak Ade.
Mbak Ade memberikan informasi dan link latihan meditasi YouTube Bali Usada yang mana Pak Merta Ada berbicara tentang Covid-19. Saya ikuti latihan meditasi sesuai instruksi di video tersebut. Ketika saya mau bermeditasi saat kondisi positif Covid-19 sangat susah karena pikiran kemana-mana. Lalu saya tiba-tiba teringat dengan buku The Power of Now. Ketika kita berpikir ke masa lalu maupun ke masa depan yg belum tentu terjadi, maka kita sering diliputi penyesalan dan kekhawatiran. Yang terpenting adalah masa sekarang.
Saat meditasi saya harus betul-betul ada pada masa sekarang. Kadang-kadang saya merasa tidak sabar. Saya merasakan ada satu yang sangat powerful, Pak Merta sampaikan ini, “memang ingin sembuh tapi membutuhkan sabar dan ikhlas, semua kondisi ini berubah”. Ketika saya tidak nyaman, gelisah, semua kondisi ini berubah. Oh iya kemarin saya tidak nyaman, hari ini saya nyaman dengan ada saat ini, dengan meditasi. Saya selalu terbayang dengan video-video yang tersebar di media sosial di mana orang-orang yang meninggal dikubur dengan protokol Covid-19. Pada saat itu saya ingin teriak. Lalu saya ingatkan diri lagi dan mencoba lebih tenang, sabar, dan ikhlas. Dengan latihan meditasi kesehatan saya bisa ada di masa sekarang. Meditasi membawa saya lebih bersyukur.
Dengan latihan meditasi saya merasakan badan seperti berbicara kepada kita. Saya merasakan bagian tubuh ada yang panas, tidak nyaman, dsb. Lalu saya ingat lagi, semua yang berkondisi bisa berubah. Akhirnya saya lebih tenang dan sabar. Imun saya menjadi lebih kuat. Dua hari saya di ICU dan hari berikutnya di ruangan intermediate. Setiap hari saya dipantau. Banyak sekali ketakutan yang saya rasakan selama mengidap Covid-19. Salah satunya ada teman saya di ICU 3 minggu. Dia juga cerita bahwa dia khawatir. Dengan umur yang sudah lanjut, dia mengatakan bahwa kita rentan dan harus hati-hati. Saya sering mendengar cerita-cerita seperti itu. Keluarga saya juga sangat panik. Apalagi ada keluarga yang sakit jantung. Jadi harus berhati-hati. Keluarga bingung harus melakukan apa. Lalu saya bawa lagi diri saya ke latihan meditasi, sehingga saya merasa lebih nyaman.
Ketika mengidap Covid-19, kondisi saya lemah, saya bermeditasi dengan posisi tiduran. Saat saya kuat duduk, saya duduk. Saya tetap lakukan meditasi semampu saya yang penting saya fokus pada objek meditasi dan kondisi saat ini. Difokuskan kemana saat saya latihan meditasi? Sesuai dengan arahan Pak Merta Ada, saya bermeditasi sesuai dengan urutan yaitu memancarkan cinta kasih kepada badan kita, lingkungan, alam semesta. Lalu merasakan napas keluar dan masuk, merasakan karakteristiknya, dan merasakan dia berubah tidak kekal untuk memunculkan dan menguatkan Pikiran Harmonis. Lalu merasakan badan 36 bagian badan dan fokus pada organ yang berhubungan dengan virus Covid-19, yaitu sistem pernapasan, tenggorokan, kelenjar timus, dada, paru-paru, hati, limpa, dan ginjal. Virus ini sangat rakus. Tidak hanya organ pernapasan yang diserang, organ lain juga berdampak dengan virus ini.
Saat ini saya merasa lebih sehat. Saya sudah mulai jalan pagi 4.000 langkah. Walaupun cuaca agak mendung, saya harus jalan. Saya tambah frekuensi bermeditasi menjadi 3 kali sehari, dengan durasi kurang lebih 40 menit setiap duduk bermeditasi. Karena obat yang saya konsumsi cukup berat untuk perut saya, Pak Agus salah satu Instruktur Senior Bali Usada memberitahu saya bahwa saya harus banyak memunculkan Pikiran Harmonis di bagian perut dan ulu hati. Setelah merasakan itu, rasanya seperti ada yang bereaksi. Kadang-kadang merasa kaget. Lalu ingat lagi dengan Anicca.
Saya berharap semua Sahabat Meditasi bisa terus berdoa, menjaga kesehatan, mengikuti protokol 5M, dan rutin berlatih meditasi. Kita harus sabar dan ikhlas saat menghadapi virus Covid-19 ini. Kita harus menerimanya bahwa dia ada di sekitar kita. Jangan lupa untuk tetap mensyukuri hidup ini. Untuk teman-teman yang positif Covid-19, saya sangat menganjurkan selain minum obat dokter, latihan meditasi sangat bermanfaat untuk proses penyembuhan lebih cepat. Semoga semua hidup berbahagia.