Waktu itu saya diiming-imingi ikut karena saya suka foto. Saya pergi ke sana bersama grup Bu Michelle dan Bu Betty, yang juga asisten Bali Usada. Dulu saya terus terang tidak suka bergabung dengan grup adik saya. Karena saya menganggap mereka grup aneh. Kok jadi orang bisa peaceful sekali, apa ini semua dibuat-buat. Jadi saya selalu cap mereka itu grup aneh. Kebetulan saya ke Bhutan waktu itu dengan mereka 2 minggu. Saya stuck dengan mereka di sana. Sebelumnya Bu Michelle, adik saya ini ada pergi ke Meditasi Kesehatan Bali Usada di Forest Island. Saya ingat dia telepon saya, “Ce you have to go”. I will pay for you.” Saya matikan teleponnya. Jadi saya mati-matian tidak mau berlatih meditasi.
Pulang dari Bhutan dengan lucunya saya iseng bertanya ke adik saya, memang enak ya? Lalu dia menjawab enak dan meminta saya untuk mencoba dulu. Sebenarnya yang menarik buat saya pergi adalah satu, saya melihat perubahan karakter adik saya. Kami dari kecil hingga besar hidup bersama, saya tahu sifatnya dia semua. Tapi satu yang menarik saya, saya lihat perubahan di adik saya. Perubahan karakter dia. Bisa dibilang seumur hidup kami bertengkar. Dan 3 tahun, 4 tahun terakhir ini sejak saya ke Bhutan bersama dia, yang membuat saya ingin ikut Meditasi Kesehatan Bali Usada adalah saya lihat kok adik saya berubah. Ini satu manusia yang puluhan tahun sudah hidup sama saya dan setiap hari berantem tiba-tiba berubah. Saya penasaran. Akhirnya saya memutuskan ikut di Forest Island waktu itu.
Waktu di Forest Island saya ingat sekali, hari kedua, saya sudah ingin kabur dari sana. Saya merasa sangat bosan. Saya benci sekali sama adik saya. Saya marah-marahin di kepala saya. Saya merasa dibohongi, katanya enak tapi kenapa begini. Saya sudah jalan sampe ke depan. Saya tidak mau peduli. Handphone disimpan oleh intruktur. Saya sudah berniat kabur naik taxi ke hotel saudara saya. Tapi saya lupa nama hotelnya. Lalu saya berpikir, nanti kalau saya kesasar gimana. Saya mengurungkan niat untuk kabur. Akhirnya mau nggak mau saya ikuti terus. Saat mendengarkan ceramah Pak Merta, badan saya sakit. Apa yang Pak Merta ceritakan tidak masuk ke kepala saya. Masih banyak hari yang harus saya lewati. Saya coba ikuti terus meditasinya. Tiba-tiba saya rasakan ada satu rasa peaceful waktu hari ketiga, keempat. Tiba-tiba saya berpikir, I’m okay being alone.
Tapi waktu itu saya tidak begitu mengerti apa yang dijelaskan, karena saya tidak menyimak dengan baik materi dari Pak Merta. Menurut saya boring sekali waktu itu. Ketika latihan meditasi intensif Tapa Brata sudah selesai, saya secepat mungkin pulang ke rumah. Sampai di rumah, saya lihat papa saya. Karena papa saya itu orangnya keras sekali. Saya ingat, entah kenapa saya ada perasaan cinta kasih yang dalam sekali. Saya ingat saat masuk ke rumah, dia orang pertama yang saya peluk. Seumur hidup saya pertama kali saya bilang ke dia, Daddy I love you. Wah papa saya kaget. Saya tidak peduli, saya tetap peluk dia. Saya peluk ibu saya juga, Mom I love you.
Saya tidak tahu apa yang terjadi sama saya. Yang saya mengerti, meditasi Bali Usada hanya untuk kesehatan. Badan saya tidak sakit, sehat-sehat semua. Setelah meditasi intensif, saya latihannya tidak rutin. Saya pindah ke Singapura sekitar 4 tahun yang lalu. Kebetulan barengan dengan adik saya Bu Michelle pindah ke Singapura. Jadi saya baru sadar, ternyata badan saya tidak sakit, tapi jiwa saya yang sakit. Saya tidak sadar bahwa saya depresi. Lalu saya bilang ke adik saya, ingin ke Bali lagi ikut Tapa Brata lagi. Saya tidak pernah merasakan itu seumur hidup saya.
Seperti doa dijawab, ternyata selama pandemi ini Bali Usada mengadakan Tapa Brata Live Online di aplikasi Zoom. Langsung saya daftar ke Bu Dewi. Saya pesankan ke anak saya, jangan ganggu ya. Karena meditasi intensif dilakukan di rumah, saya merasa kondisi lebih enak, badan tidak pegal, ada AC, tidak takut ada binatang. Baru kali ini saya dengarkan ceramah Pak Merta dari awal hingga akhir. Baru saya mengerti apa itu pikiran baik, pikiran buruk, apa itu Anicca. Jadi saya merasa online Tapa Brata ini berguna sekali. Saya juga ada keluarga, ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Tapi karena kita ada sakit jiwa, sakit badan, kita tidak bisa tunggu. Ini memudahkan kita untuk access the knowledge di Tapa Brata ini. Terima kasih. Semoga semua hidup berbahagia.
Christina – Sahabat Meditasi dari Kelas Meditasi Intensif Tapa Brata 1 Live Online