Motivasi utama saya mengikuti Tapa Brata adalah untuk menyembuhkan GERD yang saya derita sejak pandemi COVID-19 tahun 2020. Saat itu, informasi masih sangat terbatas dan saya hanya mengonsumsi vitamin C, yang tanpa saya sadari menyebabkan luka lambung.
GERD yang saya alami sangat menyiksa. Saya tidak bisa tidur dengan posisi lurus karena harus menjaga kepala lebih tinggi dari jantung. Selama pandemi, saya tidak dapat berobat ke mana-mana, tapi setelah pandemi, saya mencoba berbagai pengobatan di Jakarta, termasuk mengunjungi semua dokter gastroenterologi terbaik, tetapi tetap tidak sembuh. Gejalanya terutama terasa di malam hari, dengan gas yang naik ke dada dan menyebabkan rasa sakit yang luar biasa.
Salah satu alasan saya pindah ke Bali adalah stres di Jakarta. Saya juga mencoba pengobatan di Bali, tetapi tetap tidak berhasil. Sebelum pandemi, saya berhasil sembuh setelah berobat ke Malaysia, tetapi kebiasaan buruk saya kembali muncul setelah sembuh. Akhirnya, saya mencoba berbagai alternatif, termasuk kunyit dan meditasi, tetapi saya belum menemukan cara yang tepat untuk bermeditasi.
Ketika saya mengikuti meditasi, saya sering kali malah menjadi overthinking dan tidak tenang. Kondisi GERD saya terus memburuk, terutama di malam dan pagi hari. Akhirnya, seorang teman menyarankan saya untuk mencoba meditasi Tapa Brata Bali Usada ini.
Saya mengikuti meditasi dengan harapan bisa sembuh. Saya sudah terbiasa berdiam diri dan bisa melakukannya berjam-jam. Pada malam pertama meditasi, saya mengikuti setiap instruksi dengan detail. Salah satu tantangan terbesar bagi saya adalah tidur di ruangan yang sama dengan orang yang mendengkur, karena saya biasanya tidak bisa tidur dengan orang lain. Namun, saya memutuskan untuk menerima dan menerapkan Pikiran Harmonis, seperti yang diajarkan dalam meditasi.
Saya memfokuskan diri pada pernapasan dan berhasil mengatasi gangguan mendengkur. Malam itu, saya tidak terbangun untuk buang air kecil, yang biasanya saya lakukan dua kali setiap malam. Pada malam kedua, saya mendapat earplug yang membantu saya lebih nyaman. Sejak itu, saya tidak lagi terbangun di malam hari dan bisa tidur nyenyak.
Saya juga menerapkan meditasi dalam merasakan dan menyembuhkan tubuh. Sebelumnya, saya sering kali terdistraksi saat meditasi, tetapi kali ini saya berhasil fokus. Saya memusatkan perhatian pada bagian tubuh yang tidak nyaman, termasuk bekas luka operasi akibat kejadian saat saya menjadi wartawan. Alhamdulillah, sampai sekarang saya merasa lebih baik. Secara keseluruhan, pengalaman saya di meditasi ini sangat membantu dan saya berterima kasih kepada semua yang terlibat.