Testimoni Anonim

Proses Penyembuhan Stroke Dengan Meditasi

Hari Sabtu malam tanggal 6 Maret 2021, tiba-tiba Mama saya terjatuh dan tidak bisa berjalan dan menggerakkan tangan kanannya. Bicaranya pelat dan wajahnya pucat.

Waktu itu kami semua memutuskan untuk menunggu hari Senin untuk membawa Mama ke dokter karena Mama menginginkan dibawa ke dokter spesialis jantung di RS. Hasil pemeriksaan jantung bagus. Hanya sedikit kaku jantung karena usia, varises kaki, dan radang di lutut. Oleh dokter spesialis jantung direkomendasi ke dokter ahli saraf, jadi besok mau periksa ke dokter saraf d RS Harapan Kita. Kondisi keseluruhan terlihat lebih baik dari sebelumnya, tapi masih lemas dan jalan pelan-pelan pake walker karena Mama mengeluh kakinya sakit.

Sambil menunggu hari jadwal ke dokter berikutnya, saya & saudara-saudara bergantian menjaga Mama di rumah. Ada rasa aneh dan khawatir melihat Mama yang tadinya begitu perkasa dan fierceful, cenderung menakutkan, sekarang begitu lemah, pucat tak berdaya. Entahlah ini mungkin hanya karena saya yang sensitif tapi saya sering merasakan ‘sesuatu’ yang berhubungan dengan penyakit yang serius, entah itu manusia atau binatang. “This is not right, energi kehidupannya Mama saya rasakan kok lemah sekali. Pasti ini sakit serius.”

Pada tanggal 16/03/2021, kami mengunjungi dokter ahli saraf, dan ternyata firasat saya hampir tepat. Setelah melalui serangkaian tes medis, diagnosa dari dokter saraf adalah Mama terkena stroke akibat gangguan ritme denyut jantung, walaupun jantung Mama bagus. Ritme denyut yang sangat tergantung dari kondisi pikiran dan emosi. Jadi seumur hidup Mama harus minum obat pengontrol ritme jantung dan obat pengencer darah. Dokter juga menyarankan Mama mengontrol emosi dan pikiran yang memicu. Karena kata dokter, “Sakit gangguan ritme jantung seperti yang Ibu alami ini 90% dari emosi dan pikiran. Apapun yang membuat Ibu emosinya bermasalah, Ibu harus segera selesaikan itu.” Ritme jantung yang tidak stabil yang membuat darah mengental, lalu terjadilah penyumbatan. Dokter saraf menambahkan juga obat untuk otak dalam sebulan.

Penjelasan dokter ada 3 level stroke: level 1 kalo setelah 4 – 8 jam terkena stroke, ke RS, langsung dirawat, bisa kembali pulih seperti sebelum terkena stroke. Level 2 kalo sudah lewat 8 jam – 6 hari, bisa sembuh, tapi untuk kembali pulih 100% seperti sebelum terkena stroke sudah tidak bisa, karena sudah ada sel di otak yang rusak, tapi tidak bakal menjalar lebih jauh kerusakannya. Level 3 apabila lebih dari 6 hari baru dapat treatment, ada kemungkinan sudah bisa lebih menjalar jauh kerusakan otaknya, apabila ada pemicunya. Mama baru ketahuan strokenya lebih dari 6 hari setelah serangan dan waktu itu ada keraguan juga kalo dirawat di RS karena kekhawatiran resiko besar untuk rawat inap di masa pandemi waktu itu dimana RS penuh sesak dengan penderita covid-19 varian delta yang menelan banyak korban jiwa. Apalagi kondisi Mama yang sudah sepuh + stroke sangat rentan infeksi. Diagnosa dokter, karena secara medis untuk 100% kembali seperti sebelum terserang stroke sudah tidak mungkin. Yang bisa diupayakan sekarang hanyalah bagaimana cara agar kerusakan di otaknya tidak menyebar lebih parah. Jadi Mama harus terus minum obat dan jaga kondisi, physically and mentally.

Awalnya Mama sempat menangis mendengarkan vonis dokter saraf tersebut dan bilang, “Saya kaget saya ternyata sudah parah ya, Dok..” Tapi dokter sarafnya bilang, “Saya tidak bilang kondisi Ibu sudah parah. Hanya bilang bisa memburuk kalau dibiarkan.” Lalu setelah ke dokter syaraf, konsultasi juga ke dokter spesialis jantung yang menjelaskan bahwa kondisi vena Mama yang melebar, itu juga komplikasi dari ritme jantung yang tidak stabil, darah mengental, penyebaran darah kaki tidak lancar, cairan tubuh mengumpul di kaki, vena melebar, bengkak, menekan jaringan-jaringan di sekitarnya, itu yang bikin kakinya Mama sakit. Lokasi yang disebutkan dokter jantung persis di tempat Mama sakit. Jadi walaupun sudah berobat, dipijat, fisioterapi, tetap saja akan terasa nyeri. Rasa nyeri ini terus-terusan apalagi menahun juga bikin emosi tidak stabil. Ini bisa bikin pemicu stroke lagi. Vena bengkak atau varises di kaki ini bisa ditangani dengan pake stoking, atau pake prosedur abrasi vena, smacam dibakar pake laser gitu, jadi tidak bengkak lagi.

Walaupun secara medis Mama sudah terdiagnosa sudah kecil kemungkinannya untuk pulih sembuh, tapi saya masih yakin Mama bisa kembali pulih. Karena saya lihat banyak orang bisa pulih seperti tidak pernah sakit stroke. Apalagi di lingkungan meditasi, teman-teman saya kondisinya lebih parah dari Mama bisa sembuh.

Yang saya lihat sendiri teman-teman yang sembuh total dari stroke yang parah adalah perpaduan dari latihan meditasi + terapi metode akupunktur. Meditasi membantu menguatkan Pikiran Harmonis dan menggunakannya untuk melepaskan reaksi buruk dari memori penyebab penyakit dan mendukung penyembuhan. Lalu akupuntur membantu secara terapi fisik melancarkan jalur meridian yang tersumbat sehingga kondisi fisik yang bermasalah tidak lancar penyebab stroke lebih cepat terbantu terlancarkan. Perpaduan 2 macam healing ini duo combo untuk stroke.

Setelah keluar dari ruangan dokter, saya langsung ajak bicara Mama, “sekarang mau ya ikutan tapabrata online. Sudah tidak bisa mengelak lagi. Dokter sudah bilang sakit Mama karena emosi. Jadi aku daftarin ikut tapa brata online ya?” Mama akhirnya mengangguk pelan. Ini hal yang sangat jarang terjadi. Biasanya pasti akan menolak dengan keras ajakan ikut tapa brata online dengan berbagai alasan. Maunya hanya ikut tapa brata onsite. Dulu, sebelum pandemi, memang Mama saya pernah ikut tapa brata onsite beberapa kali. Dan mendapatkan banyak kesembuhan. Tapi setelah merasa sehat jadi jarang latihan meditasi di rumah dan akhirnya berakibat fluktuasi emosi yang terjadi di masa pandemi dan mengakibatkan terjadinya serangan stroke ini.

Akhirnya saya mendaftarkan Mama ikut tapabrata online pada bulan akhir Maret 2021. Selama 7 hari 6 malam Mama bermeditasi dengan didampingi saya di sebelahnya yang membantu mengoperasikan komputer dan handphone apabila kadang-kadang laptopnya mati. Tantangan terbesar ya kondisi di rumah. Beberapa anggota keluarga memang ada yang kerja online juga jadinya pasti ada suara-suara, tapi itu tidak terlalu mengganggu. Yang paling menjadi gangguan adalah jika Mama saya kadang-kadang tergoda untuk ‘ikut ngobrol’ dengan anggota keluarga lain yang tidak ikut tapa brata. Jadi, akhirnya saya mengimbau ke anggota keluarga lain, kalau mau ngobrol silahkan, tapi jangan sampai terdengar atau terlihat oleh Mama saya dan kalaupun Mama yang mengajak ngobrol, jangan terlalu ditanggapi/jangan lama-lama. Melelahkan dan menakutkan memang, tapi saya pikir ini demi kebaikan Mama dan seluruh keluarga. Kalo Mama berhasil mengikuti tapa brata online dengan baik dan benar-benar fokus, kemungkinan dia kembali sehat akan juga bermanfaat untuk seluruh keluarga.

Hari-hari pertama merupakan tantangan terbesar. Hari ke-3 tapa brata online jam 04.00 WIB hampir saja meninggalkan tb online karena panik melihat darah ketika sedang berkumur saat sikat gigi dan mau segera ke UGD. Padahal tidak ada sesak atau batuk. Tapi saya coba tenangkan, akhirnya Mama bisa ikuti meditasi tapa brata online kembali dan paniknya hilang. Setelah tapa brata selesai, wajah Mama yang sebelum tapa brata pucat pasi beraura gelap, akhirnya bisa merona pink kemerahan dan auranya bersinar kembali. Luar biasa ya memang kekuatan tapa brata ini, walaupun online, berjauh-jauhan, tapi hasilnya bisa tetap kuat.

Setelah tapa brata selesai Mama rajin mengikuti challenge program 90 hari rutin bermeditasi tanpa putus bersama teman-teman meditasi tapa brata online seangkatan dia. Karena dilakukan bersama-sama, meditasinya jadi semangat. Sampai akhirnya setelah challenge 90 hari selesai, dilanjutkan dengan meditasi 120 hari, lalu lanjut terus sampai 365 hari alias setahun.

Perkembangan kesehatan Mama setelah tapa brata online terus membaik secara pesat. Setelah rutin meditasi, minum obat medis dan ikut terapi akupuntur, 3 bulan setelah serangan stroke Mama kembali ke dokter sarafnya dengan membawa hasil-hasil lab terbaru. Dokter sarafnya takjub melihat kondisi fisik dan hasil lab Mama yang sangat bagus. Dokter bilang, “Ibu perkembangannya bagus sekali. Biasanya pasien saya dapat perkembangan seperti Ibu sekarang setelah bertahun-tahun berobat. Ibu hanya 3 bulan sudah seperti ini. Sudah ya dari saya sudah tidak ada lagi. Ibu hanya perlu kontrol saja ke dokter jantung.”

Kami sangat gembira mendengarnya. Setelah ke dokter saraf, kami berkunjung ke dokter jantung, dokter jantung juga menyatakan kondisi Mama sudah sangat baik, hanya perlu kontrol 3 bulan lagi sambil terus minum obat pengencer darah dan obat pengontrol tekanan darah.

Setelah 3 bulan kemudian kami datang kembali untuk kontrol ke dokter jantung juga sekalian meminta surat pernyataan layak vaksin covid-19 untuk Mama dan dokter menyatakan Mama sudah sehat dan memberikan surat pernyataan bahwa Mama sudah layak menerima vaksin covid-19.

Saya teringat minggu-minggu terakhir Mama datang ke terapi akupuntur, beberapa bulan setelah kedatangan pertama, Mama berjumpa pasien akupuntur lain yang Mama sudah sering jumpa sebelumnya sejak kedatangannya pertama kali ke klinik akupuntur. Pasien tersebut seorang kakek yang selalu diantar dengan kursi roda diantar oleh anaknya. Kakek dan anaknya ini mengenali Mama sejak pertama datang ke klinik dan sampai terakhir kami bertemu, anak si Kakek ini bertanya dengan heran ke Mama saya, “Ibu datangnya ke klinik ini kan barengan dengan Papa saya ya? Tapi kok sekarang Ibu sudah bisa jalan? Papa saya belum bisa jalan.”Mama dan saya tersenyum, dan saya bilang, “Ikut meditasi Bali Usada deh. Terapi apapun jadi cepat sembuh.” 

Mama saya, saya, dan seluruh keluarga sungguh sangat bersyukur masih bisa diselamatkan dengan meditasi kesehatan tapa brata online Bali Usada. Semoga saja Bali Usada terus berkembang menjadi semakin besar dan bermanfaat bagi banyak orang.

Program & Kelas

Jadwal Kegiatan

Program & Kelas

Program Meditasi