Ceritanya, tante saya mengajak suaminya, tapi karena suaminya tidak bisa datang, dia mengajak saya. Namun, saya juga tidak bisa datang saat itu, jadi akhirnya dia mengajak tunangannya saya. Singkat cerita, akhirnya saya setuju untuk ikut.
Tahun lalu, kami datang berempat. Saya kembali tahun ini karena merasa belum tuntas pengalaman saya sebelumnya, terutama karena tahun lalu saya harus meninggalkan program pada hari keenam. Jadi, saya memutuskan untuk datang lagi tahun ini untuk menyelesaikan program. Rencananya, tahun ini lebih banyak dari kami yang ingin datang, tapi akhirnya kami membatasi jumlah peserta agar tidak mengambil terlalu banyak kuota.
Alasan kami ingin datang dalam jumlah besar adalah karena kami yakin bahwa setiap orang memiliki masalah dalam hidup. Masalah ini mungkin terlihat di tubuh, tetapi sebenarnya ada di pikiran. Oleh karena itu, kami membawa beberapa anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam program ini.
Bicara tentang diri saya, saya bukan orang yang sempurna. Saya memiliki sifat temperamental. Pada tahun 2020, saya bergabung dengan perusahaan keluarga. Saat itu, kami memiliki sekitar 280 karyawan dan tumbuh pesat hingga mencapai 450 karyawan dalam waktu satu setengah tahun. Awalnya, saya sering berbicara tanpa berpikir panjang, yang menyebabkan banyak karyawan merasa tidak nyaman dan beberapa dari mereka meninggalkan perusahaan.
Saya menyadari bahwa kepemimpinan saya mirip dengan gaya diktator. Saya sering memberi perintah dengan keras dan tegas. Misalnya, saya bisa memerintahkan semua karyawan untuk lembur tanpa kompromi. Setelah menikah, saya menyadari bahwa gaya ini tidak bisa diterapkan di semua aspek kehidupan, terutama dengan istri.
Tahun lalu, saya ikut program Tapa Brata dan merasa agak stres pada awalnya. Hari pertama terasa ringan karena hanya berisi peraturan. Saya datang terlambat dan harus bangun jam setengah lima pagi. Meskipun tidak masalah bagi saya, rutinitas di sini terasa seperti di militer. Saya merasa tidak bisa diam dan pikiran saya sering melayang ke proyek-proyek pekerjaan.
Di sini, saya menyadari bahwa dalam memegang tanggung jawab, ada banyak masalah yang harus dihadapi. Misalnya, kami pernah mengalami kecelakaan kerja yang cukup serius. Selain itu, ada insiden-insiden lain yang membuat saya berpikir bahwa hidup ini penuh dengan tantangan.
Saya merasa, meditasi dan pengembangan pikiran harmonis sangat penting untuk membantu kita mengatasi stres dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, saya berpikir untuk mengajak semua karyawan mengikuti program ini. Namun, saya tahu bahwa ini bukan solusi yang praktis. Oleh karena itu, saya berusaha untuk terus mengembangkan diri dan menjaga keseimbangan dalam hidup. Terima kasih.