Testimonials Yuni

Saya belajar bahwa hidup adalah sebuah proses, tidak ada yang kekal

Nama saya Yuni. Saya berasal dari Jakarta. Saya ingin berbagi sedikit pengalaman selama mengikuti program Tapa Brata selama 7 hari, 6 malam ini dan alasan saya memutuskan untuk ikut.

Awalnya, saya datang ke sini dengan tujuan untuk healing. Saya merasa ada sesuatu dalam diri saya yang belum damai—di hati, pikiran, dan batin saya.

Hal ini bermula lima tahun lalu, saat saya mengalami proses yang disebut Anicca. Kehidupan saya sebelumnya berjalan baik dan bahagia, namun tiba-tiba suami saya meninggal dunia. Setelah itu banyak permasalahan muncul dan saya tidak siap menghadapinya. Hak-hak kami, peninggalan suami saya, semua hilang begitu saja. Saya tiba-tiba harus berperan sebagai kepala keluarga sekaligus ibu.

Meski begitu, saya bersyukur memiliki kekuatan dari doa. Kekuatan doa ini memberi saya petunjuk untuk bertahan dan menjalani hidup, meskipun sebelumnya saya tidak pernah bekerja, selama 23 tahun menjadi ibu rumah tangga. Selama lima tahun terakhir, saya hanya berpegang pada doa, meminta petunjuk Tuhan. Secara manusiawi, saya merasa sudah mampu melepaskan dan memaafkan banyak hal, termasuk hak-hak yang seharusnya menjadi milik kami. Setelah menghadapi begitu banyak sengketa, saya memutuskan untuk melepaskan semuanya.

Puncaknya, tahun lalu saya menderita sakit parah hingga hampir kehilangan nyawa. Saya mengalami sepsis, di mana bakteri sudah menyebar ke seluruh tubuh. Saya dirawat di ICU selama 10 hari dan total dirawat selama 21 hari. Kondisi fisik saya sangat lemah, bahkan untuk berdiri saja saya harus belajar lagi dari awal. Dengan penuh semangat, saya bertekad untuk pulih, karena saya memiliki tiga orang anak. Saya memutuskan untuk melepaskan semua beban yang saya tanggung selama hampir 4 tahun.

Di program ini, saya mendapatkan banyak jawaban. Saya belajar bahwa hidup adalah sebuah proses, tidak ada yang kekal. Kita harus mampu melepaskan apa yang telah hilang dan beradaptasi dengan perubahan. Selama 7 hari, 6 malam di sini, saya menyadari bahwa doa yang baik saja tidak cukup jika kita tidak tahu bagaimana mencintai diri sendiri. Di sini, saya diajarkan untuk mencintai diri, termasuk melepaskan kemelekatan pada masalah-masalah yang selalu kita ingat, seperti rasa sakit, penghinaan, atau pengkhianatan. Itu semua tidak mudah, tapi meditasi membantu saya melepaskan beban tersebut.

Saya bersyukur, meskipun baru mengenal program ini pada usia 51 tahun. Saya pernah mendengar tentang Tapa Brata sejak tahun 1995, bahkan pada tahun 2015, banyak teman yang merekomendasikannya karena mendapat kesembuhan. Namun waktu itu saya merasa belum siap, terutama untuk hidup 7 hari tanpa handphone. Akhirnya, saya memutuskan bahwa demi kesehatan, saya harus berani mencoba. Saya juga mempersiapkan anak-anak agar mereka bisa mandiri selama saya pergi.

Kesimpulannya, apa yang saya dapatkan di sini sangat membantu saya. Awalnya, saya hanya ingin memperbaiki keadaan batin saya yang tidak baik, tapi ternyata saya mendapatkan pencerahan, terutama dari Pak Merta Ada. Beliau membantu saya lebih tenang, termasuk menerima kepergian suami saya. Pak Merta menyampaikan bahwa suami saya sudah bahagia dan saya harus melanjutkan hidup bersama ketiga anak saya. Itu sangat melegakan.

Sebagai bonus, saya juga mengalami perubahan fisik. Saya memiliki diabetes dari keturunan dan pengentalan darah. Selama ini, saya sudah berusaha menjaga pola hidup sehat dan minum obat, namun stres membuat kondisi saya memburuk. Pak Merta menjelaskan bahwa pengentalan darah saya berasal dari hati yang tidak damai. Dengan melepaskan rasa sakit dan beban, saya merasakan perubahan. Bahkan menstruasi saya yang sempat berhenti selama setahun kembali normal. Saya percaya ini adalah tanda bahwa tubuh saya mulai pulih.

Puji Tuhan, ini adalah pengalaman luar biasa. Semoga apa yang saya dapatkan juga bisa dirasakan oleh teman-teman yang mengikuti program ini. Terima kasih.

Program & Class

Activity Schedule

Program & Class

Meditation Program