Saya bahkan tidak tahu tujuan spesifik program ini. Saya pikir ini hanya meditasi biasa, ternyata ini meditasi kesehatan. Namun, hal ini mengingatkan saya pada tahun 2000, saat saya pernah mencari informasi tentang Bali Usada. Waktu itu saya berniat belajar meditasi, tapi belum kesampaian. Selain itu, saya juga teringat saat Imlek pada Februari 2021, ketika saya dalam perjalanan menuju Jimbaran dan melihat plang Bali Usada. Mungkin memang sudah jodoh saya mengikuti meditasi ini. Istri saya bilang bahwa makanan disini enak dan tempatnya pasti saya suka.
Formulir yang diisi istri saya mencatat bahwa masalah utama saya adalah banyak pikiran dan sakit pinggang. Memang benar, pinggang saya sering sakit, terutama saat duduk terlalu lama dan tidak bersandar. Sebelumnya, saya pernah mencoba terapi dan sebagian sembuh. Malam pertama meditasi, sakit pinggang saya terasa sangat parah. Tiba-tiba, saya teringat masa muda saya. Dulu, saya dikenal sebagai anak baik, tapi saya juga berani melawan. Saya teringat pernah menendang pinggang orang lain dan mungkin itu masih meninggalkan rasa bersalah dalam diri saya. Di meditasi ini, saya mencoba menggunakan teknik memaafkan diri sendiri dan bersyukur, rasa sakit itu berkurang seiring waktu. Di hari kedua dan ketiga, rasa sakit masih ada, tapi sudah lebih ringan.
Saat meditasi, saya juga sempat merenung tentang anak saya yang suka pamer, yang menurut saya sudah berlebihan. Ternyata, itu mengingatkan saya pada masa SMP, saat saya sering dibandingkan dengan kakak laki-laki saya. Kakak saya sangat rajin dan pintar. Sekarang Ia menjadi petinggi di salah satu bank internasional di Indonesia. Orang tua sering berharap saya bisa sebaik dia. Rumah kami di Kepulauan Riau besar dan luas, dengan banyak rumput. Kakak saya rajin membersihkan rumput, sementara saya tidak. Saya merasa selalu dibandingkan dan harus membuktikan diri saya bisa sukses seperti dia.
Mungkin pola pikir itu menurun ke anak saya. Saya sadar bahwa saya sendiri juga sering pamer pencapaian, terutama dalam acara-acara tertentu. Oleh karena itu, kali ini, saya bertekad untuk tidak banyak bicara. Namun, ketika saya diminta memberikan kesan pesan, akhirnya saya maju. Kalau saya merasa gugup, saya sadar itu berarti masih ada konflik dalam diri saya antara kesadaran dan keinginan untuk show off.
Hari pertama meditasi, saya ingat pesan istri agar saya tekun belajar. Saya bertekad untuk tidak bergerak selama 45 menit pada sesi meditasi tekad kuat. Kaki saya terasa sangat pegal, tapi saya bertahan. Selain itu saya juga sempat sakit tenggorokan. Saya berusaha menggunakan teknik meditasi untuk mengatasinya dan akhirnya saya tidak perlu minum obat. Flu saya juga membaik. Mungkin itulah alasan istri saya mengirim saya kesini supaya saya bisa belajar untuk tidak bergantung pada obat.
Saya punya kebiasaan lupa dan tidak waspada. Misalnya, setelah mandi, saya sadar lupa membawa handuk. Ini mengingatkan saya pada kebiasaan di rumah, seperti memastikan pintu terkunci beberapa kali karena sering merasa tidak yakin. Saya sadar, meditasi ini mengajarkan saya untuk lebih waspada dan tidak terbawa oleh kebiasaan lama. Terima kasih.