Menurut gadis cantik bernama Lestari ini, waktu ia masih balita, dalam kondisi tubuh yang demam tinggi, bidan itu tetap memberinya suntikan imuniasi polio. Tak ayal lagi, sejak itu ia mengalami perkembangan kaki yang tidak normal di kaki kirinya.
Tapi dengan cinta kasih dari keluarganya terutama ayahnya yang selalu menjaganya dengan baik, ia bisa tumbuh sebagai gadis muda yang cantik dan penuh percaya diri.
“Ayah saya benar-benar menjaga saya dengan baik. Kalau ada anak-anak yang menganggu saya atau mengejek saya, ayah saya akan maju membela saya dan memelototi anak-anak itu hingga mereka lari ketakutan,” katanya sambil tertawa.
Mungkin karena ia selalu dimanja dan dilindungi, membuatnya selalu mengganggap hidup ini hanya untuk bersenang-senang. Tidak mengherankan bila ia selalu melewati waktu dengan hura-hura, seperti nongkrong di kafe atau restoran untuk minum-minuman keras . Atau merokok dan begadang sepanjang malam.
“Banyak orang di sekitar hidup saya mengeluh tentang sikap saya yang emosional, suka marah-marah dan egois. Saya waktu itu berfikir masalah spiritual adalah nanti kalau sudah tua,” lanjutnya.
Sampai suatu waktu, ada sebuah peristiwa yang membuatnya berubah pikiran. Peristiwa yang membuatnya merasa tidak berbahagia itu memberinya kesadaran. Meski ia sudah bekerja keras untuk sekolah dan membuka bisnis sendiri, ternyata ada saja orang-orang yang membuatnya merasa kecewa dan tidak berbahagia.
Sejak itu ia mulai sembahyang. Seorang teman pada tahun 1993 pernah bercerita tentang kegiatan meditasi kesehatan di Bali Usada Center . Tentu saja waktu itu ia sama sekali tidak berminat.
Tapi ketika seorang teman mengajaknya untuk mengikuti kegiatan meditasi kesehatan reguler yang diselenggarakan seminggu sekali berturut-turut selama dua bulan , ia tidak menolak. Dua bulan berlalu, ia merasa ada perubahan dalam dirinya. Meski menurutnya perubahan itu hanya sekitar 10-20 persen saja. Ia tidak berniat merokok atau minum minuman keras. Orang-orang di sekelilingnya juga melihatnya tidak lagi bersikap emosional, tidak suka marah-marah. Tapi terlihat bersikap lebih tenang.
“Orang tua saya sangat bahagia melihat saya nampak bersikap tenang dan lebih ceria menghadapi hidup,” ungkapnya.
Bahkan teman yang dulu memberinya informasi tentang kegiatan meditasi kesehatan di Bali Usada Center sempat merasa iri hati karena melihatnya nampak lebih berbahagia.
Waktu yang dilewatinya selama enam hari lima malam di acara Tapa Brata Baturiti Bedugul Tabanan Bali, memberinya pelajaran tentang keikhlasan.
“Sebelumnya saya tidak bisa memaafkan orang yang telah menyakiti saya sebesar 100 persen. Tapi dengan kegiatan ini saya mendapat hikmah, bila peristiwa itu tidak ada tentu saya tidak akan berubah. Saya tidak mengenal meditasi kesehatan dan saya tentu masih merokok dan suka minum minuman keras,” lanjutnya tersenyum.
Ia mengungkapkan, kini ia merasakan kehidupan yang lebih membahagiakan. Dan ia bertekad memberikan informasi dan pelajaran ini kepada teman-temannya dan orang-orang yang selalu merasa hidupnya tidak tenang atau tidak berbahagia. Selain ia juga tetap optimis untuk mengembangkan bisnis handicraft dan garmen yang sedang digelutinya. Ia ingin menunjukkan meski memiliki kaki yang tidak sempurna, ia mampu melakukan hal-hal positif dan tidak merugikan orang lain.