Testimonials Henny

Meredakan Rasa Sakit dan Marah yang Berlebihan

Nama saya Henny. Hari ini, saya ingin berbagi cerita tentang keluarga saya. Kami memiliki empat orang anak dan suami saya adalah seorang PNS. Suami saya orangnya sangat halus. Sementara saya lebih kasar dalam bertutur kata. Dalam mendidik anak, saya cenderung keras, sementara suami saya lebih lembut dan sering menuruti keinginan anak-anak.

Dalam mendidik anak, kami selalu mengajarkan kepada mereka untuk berjuang dalam hidup. Kami mengajarkan bahwa mereka harus belajar dengan baik ketika di SD, SMP, dan SMA. Kami juga memberi peringatan bahwa jika mereka memutuskan untuk pacaran, mereka harus siap hidup mandiri dan mencari kosan sendiri dengan uang 1 juta rupiah yang kami berikan. Tujuan kami adalah agar anak-anak kami berhasil dalam hidup. Keempat anak kami menuruti nasihat kami dan berhasil menyelesaikan studi mereka hingga SMA. Saya pernah memberikan aturan bahwa dari jam 6 sampai jam 8 malam, mereka tidak boleh menonton TV. Namun, jika mereka melanggar aturan tersebut, saya akan merasa sangat marah.

Di lingkungan sekitar rumah kami, banyak terjadi kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba. Saya sangat takut jika anak saya terlibat dalam hal-hal tersebut. Ada suatu ketika, anak laki-laki saya pulang sekolah lebih larut dari biasanya, jam 6 sore. Saya marah sekali hingga bukunya saya buang. Saya marah bukan tanpa alasan, melainkan karena saya takut anak saya terjerumus ke dalam narkoba atau perilaku menyimpang. Saya merasa tidak berdaya karena suami saya selalu membela anak-anak kami. Suami saya pernah mengatakan bahwa dia kadang-kadang merasa takut dengan cara saya mendidik anak-anak kami. Namun, saya percaya bahwa semua yang saya lakukan adalah untuk kebaikan masa depan anak-anak kami.

Saat mereka memutuskan untuk kuliah, meski saya mengatakan bahwa kami tidak memiliki uang yang cukup, mereka tetap berjuang. Akhirnya mereka bisa kuliah lewat jalur undangan tanpa uang sepeserpun. Hanya anak saya yang kuliah di Atmajaya yang harus mengeluarkan biaya sebesar 15 juta rupiah. Sekarang, keempat anak saya sudah bekerja semua.

Saat ini saya merasa sulit berkomunikasi dengan anak-anak saya. Ketika saya mengatakan satu kata, mereka sudah menjawab dengan sepuluh kata. Saya mencoba untuk menerima kenyataan ini. Kadang saya merasa sangat sedih dan hanya bisa menangis. Saya memiliki masalah dengan lutut saya. Meski tidak terlihat sakit, tulang lutut saya sangat menyakitkan. Namun, anak dan suami saya tidak percaya bahwa saya sakit. Ketika saya mencoba berjalan, saya merasa sangat kesulitan dan merasa kesakitan. Saya pergi ke Jogja dan memeriksa lutut saya. Saya diberikan kursi roda, rontgen, dan penyangga. Saya mengambil foto hasil pemeriksaan tersebut dan mengirimkannya ke anak dan suami saya. Mereka terkejut mengetahui bahwa saya menderita sakit lutut.

Saya mengenal Pak Merta Ada dari YouTube dan beberapa waktu kemudian, saya mengetahui tentang Tapa Brata. Saya tertarik ikut Tapa Brata, tapi merasa sangat sulit untuk berpartisipasi, karena acara tersebut berlangsung selama 7 hari dan 6 malam. Namun, saya memutuskan untuk ikut karena saya mendengar bahwa Tapa Brata bisa membantu menyembuhkan dan menenangkan pikiran. Jadi, meski sulit, saya tetap memutuskan untuk ikut. 

Saya akhirnya datang ke sini dan anak saya yang paling bungsu memberikan pesan hati-hati kepada saya, hal itu membuat saya merasa senang. Lima hari sebelum datang ke sini, saya belajar duduk bersila meskipun lutut saya sakit. Saya bahkan tidak bisa bertahan duduk bersila selama tiga menit. Saya merasa sangat menderita sehingga saya masih membawa penyangga lutut yang dokter sarankan untuk saya pakai jika merasa sakit. Saya juga mengalami sakit pinggang dan tidak mampu duduk bersila tanpa merasa seperti terluka. Selama tiga hari pertama, saya sangat menderita. Namun, rasa sakit itu agak berkurang ketika saya melakukan meditasi cinta kasih. Saya disarankan untuk merasakan cakra dasar dan mengarahkan pikiran saya ke tempat yang sakit saat bermeditasi. Saya mencoba saran itu dan ternyata bisa! Saya merasa tidak percaya bahwa saya bisa duduk bersila dan rasa sakit saya hilang hanya dalam lima menit. Saya diberikan penjelasan bahwa ini adalah Annica atau impermanent. Jika sakit kembali, saya harus merasakan cakra dasar lagi. 

Pengalaman ini telah membantu menghilangkan rasa sakit saya dan mudah-mudahan bisa terus membaik. Meditasi intensif Tapa Brata ini sangat membuka mata saya dan memberi saya rasa tenang selama saya mengikutinya. Saya tidak merasa marah. Pengalaman ini sungguh mewujudkan arti cinta kasih. Saya sangat berterima kasih atas pengalaman baik ini.

 

Henny

Tapa Brata 1

Program & Class

Activity Schedule

Program & Class

Meditation Program