Coming Soon
Rona wajahnya bersih, damai dan penuh kasih sayang. Sebagai salah seorang tokoh meditasi yang sedang ngetrend, Merta Ada pun makin sering terlihat wajahnya di berbagai media massa. Kebanyakan fotonya saat dia duduk bersila bermeditasi.
Namun pendiri pusat Meditasi Bali Usada Meditasi ini ternyata tukang tutur yang mempesona. Saat membimbing Meditasi, suaranya bariton berwibawa. Saat berdialog, ucapannya bernuansa hormat pada lawan bicara. Namun saat berbagi pengalaman hidup dan profesi, Merta Ada adalah pencerita ulung…Pengalamannya membimbing peserta Meditasi-yang jumlahnya hingga kini sudah mencapai 13.000 orang dari berbagai suku, agama, dari kawasan Bali, Jakarta, dan Lombok, serta 1.000 orang lagi dari mancanegara-membuatnya menjadi “museum hidup” kehidupan nyata…banyak diantaranya yang bisa menjadi bahan cerita sinetron bermutu, karena di dalamnya sarat dengan ajaran tentang kebajikan hidup.
Merta Ada-kini 42 tahun-lahir di Baturiti, sebuah desa di Tabanan, Bali. Kini berkeluarga-beristrikan, Dhammadina dengan dua orang anak, Nago Tejena dan Natasha Tejena-Merta pernah menjadi pengusaha garmen yang sukses. Namun panggilan hidup sebagai penyembuh dan pengajar Meditasi tampaknya jauh lebih kuat. Bahkan boleh jadi, sebenarnya meditator penyembuh inilah jalan hidup yang ditetapkan baginya oleh Yang Maha Kuasa.
Bagaimana tidak? Merta kecil, yang terkena polio, hingga membuatnya sulit berjalan, menghalanginya bergabung dengan teman-temannya bermain. Sebaliknya ia malah duduk di dekat sinshe-sebutan penyembuh di lingkungan etnik tionghoa-dan tertarik untuk mengetahui cara penyembuhan.
Munculnya seseorang di desa yang-sekembali dari hutan-bisa menyembuhkan berbagai penyakit, membuat Merta muda semakin tergerak untuk mendapatkan kemampuan serupa itu. Kesadaran untuk mengejar cita-cita di Meditasi ini antara lain ia peroleh dari pemuka Buddha almarhum Bikshu Girirakhito, sementara untuk kecakapan ketabiban ia banyak belajar dari almarhum Tiyah Balian.
Saat pindah di Denpasar, begitu pula saat pindah ke Lombok selama beberapa waktu, Merta selalu hidup didekat para tabib. Bahkan saat mengikuti pameran garmen di New York, di penginapannya di Long Island, Merta pun diluar dugaannya-sempat bertemu dengan seorang wanita India yang menambah pengetahuannya di bidang penyembuhan.
Semuanya itu telah menjadikan Merta Ada sekarang ini, yang diakui telah mampu menyembuhkan banyak orang, langsung maupun tidak langsung. Langsung karena dengan kemampuannya mendeteksi, merasakan getaran yang menceritakan keadaan kesehatan penderita, Merta lalu bisa berusaha menyembuhkan. Tidak langsung karena dengan mengajarkan Meditasi Merta menumbuhkan kemampuan pada orang lain untuk secara aktif mendapatkan sendiri kesehatan yang mereka inginkan.
Selain bolak-balik Denpasar – Jakarta, Merta Ada juga semakin penuh jadwalnya setelah kalangan asing mulai menerima konsep meditasinya. Tahun depan, jadwal tetap selama beberapa bulan sudah disusun untuk memenuhi tawaran mitranya di Belanda dan Negara-negara Skandinavia.
Lingkungan seperti apa yang Anda temui dalam kegiatan Anda?
Selain mereka yang memang ingin belajar Meditasi, juga yang ingin disembuhkan. Saya banyak berhubungan dengan orang-orang yang menderita sakit-termasuk yang kronis-seperti kanker, impoten, asma, diabetes, saraf, herpes, insomnia, tertular HIV/AIDS dan sebagainya.
Lalu apa yang Anda lakukan terhadap mereka itu?
Kepada mereka saya ajarkan cara untuk menyembuhkan diri sendiri. Teknik ini telah memperlihatkan dampak baik bagi mereka. Pertama, untuk membantu meningkatkan kesehatan mereka dari dalam diri sendiri sambil berobat sebagaimana mestinya.. Kedua, membuat pikiran mereka lebih kuat, lebih harmonis, sehingga dapat menghadapi kesulitan hidup ini dengan tabah, tenang, dan seimbang. Ketiga, kepada mereka saya ajarkan teknik untuk melepaskan ikatan-ikatan (trauma) buruk, rasa marah, rasa benci, rasa gelisah, yang ada dalam memori-masa kecil, dewasa, saat sekarang-dan menggantikan itu semua dengan ketenangan, kesadaran, dan kebijaksanaan (K3), sehingga menjadi lebih bahagia.
Menurut Anda, apa ‘hidup bahagia’ memang menjadi semacam tujuan akhir manusia di dunia?
Ini memang hal pokok. Saya mengajarkan bagaimana kita hidup agar setiap hari kita bahagia, bukan hanya selama hidup di dunia, tetapi juga setelah meninggal. Ini dianggap mudah ya mudah, sulit ya sulit. Perjalanan hidup seorang pasien saya asal Perth, Australia, menggambarkan soal ini. Waktu muda ia mendambakan suami kaya ia mendapatkannya, lalu punya tanah lebih luas dari pulau Bali, ada biri-biri 24.000. Tidak puas, ia ingin pintar, lalu sekolah. Setelah dapat gelar, ia ingin terkenal. Ia mencarinya dengan memimpin organisasi. Tetapi ia tidak puas juga, karena melihat itu hanya duniawi. Ia ingin kalau bisa spiritual. Lalu ia buat yayasan spiritual ini itu. Tapi berikutnya ia pusing, karena yayasan tidak jalan. Akhirnya di seluruh badan keluar merah-merah. Akhirnya saya sarankan untuk ikut Meditasi. Ia tidak bahagia, padahal menurut ukuran orang lain seharusnya ia bahagia.
Apa saja yang acap menimbulkan gangguan seperti di atas, dalam lingkup badan maupun kejiwaan?
Gejala itu berkisar pada ego, bentuknya bisa serakah, rasa benci ingin kuasa, sewenang-wenang. Jangan dilupakan keadaan zaman sekarang, dimana makanan yang kita konsumsi banyak yang tidak alami, udara yang kita hirup tidak segar lagi, sementara pikiran kita sehari-hari banyak dibebani oleh kekhawatiran, jalanan macet, dan hidup penuh tuntutan persaingan. Semua itu melahirkan energi buruk yang tidak seluruhnya bisa kita hindari, tetapi bisa kita kelola dengan Meditasi.
Anda sendiri mempraktekkan Meditasi dan apa yang Anda peroleh sejauh ini?
Ya, secara rutin, setiap bangun tidur saya bermeditasi selama satu jam. Selanjutnya tergantung kegiatan saya hari itu. Sejak saya bermeditasi, saya sendiri merasakan semua penyakit kronis yang saya derita-banyak ini-seperti flek di paru-paru, peradangan usus, lemah jantung, praktis sudah hilang. Saya mungkin tetap tidak sekuat orang lain, tetapi secara umum saya jauh lebih sehat. Lebih dari itu, saya hampir selalu mendapatkan kesadaran dan kebijaksanaan.
Sebelumnya Anda sempat mencoba mengobati dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan?
Saya melakukan itu selama delapan bulan. Namun kemudian saya menemukan, bahwa dengan Meditasi kita dapat menyembuhkan penyakit secara lebih sempurna, disbanding dengan mengkonsumsi obat.
Apakah dengan itu Anda tidak percaya lagi dengan pengobatan medis barat?
Begini, pengobatan barat didasarkan pada riset dan pengembangan yang hasilnya dapat diulang untuk orang lain. Pengobatan dengan Meditasi mengandung unsur individual, dengan memperhitungkan bahwa setiap orang mempunyai ciri khas masing-masing. Selain itu, sakit yang mempengaruhi ‘unsur yang lebih kasar’ dari badan-seperti luka di kaki-jamu atau obat-obatan lebih efektif. Tetapi untuk sakit yang lebih halus, misalnya yang diakibatkan virus, saya punya keyakinan Meditasi bisa lebih kena. Secara umum saya ingin mengatakan, pengobatan medis dan Meditasi saling melengkapi. Di Negara-negara barat semakin muncul pandangan, bahwa pengobatan medis yang dilengkapi pengobatan meditative menghasilkan penyembuhan maksimal.
Anda mengajarkan Meditasi dengan orang harus duduk bersila dengan mata terpejam. Apakah memang Meditasi harus demikian?
Pertama, kan memang harus ada pengembangan kebiasaan terlebih dulu. Bagaimanapun otot pikiran perlu diperkuat lebih dulu. Baru setelah orang mendapatkan ketenangan, keseimbangan, dan kesadaran, artinya ia sudah pintar bermeditasi, kegiatan ini bisa dilakukan setiap saat, dalam keadaan apapun, apakah saat bekerja atau ketika sedang menunggu kendaraan. Yang penting, capailah keadaan sadar dan waspada. Itulah Meditasi.
Bagaimana kebiasaan Meditasi dapat membantu mengatasi krisis diberbagai bidang kehidupan yang dialami bangsa Indonesia sekarang ini?
Dengan Meditasi kita mengisi kembali pikiran dan kebiasaan baik ke dalam badan dan pikiran bangsa Indonesia. Pengalaman saya, dengan Meditasi bisa tumbuh kesadaran mengenai perbedaan, tentang berbagai hal, orang dan pandangannya tanpa mempengaruhi keyakinan dan iman orang, Meditasi dapat membantu mengembangkan kebiasaan baik, budi pekerti baik. Marilah kita sama-sama memperbaiki hal ini.
Anda kini popular dan punya banyak murid. Masih adakah sesuatu yang Anda cita-citakan?
Sekarang saya sudah ada center di Bali untuk Meditasi kesehatan di Bali dan secara teratur mengajar di Jakarta. Cita-cita saya adalah dari apa yang saya kembangkan sekarang bisa muncul satu tradisi Meditasi universal yang bisa diterima warga masyarakat dari semua suku dan agama, yang menjadi semacam kebanggaan bangsa. Dengan itu, turis mancanegara yang berwisata ke sini selain menikmati keindahan alam dan berbelanja juga belajar meditasi kesehatan. (nin)